Resensi Buku


Bibir Tersenyum Hati Menangis

Pengarang       : Muhammad Muhyidin
Tahun Terbit    : Des '11 (cetakan XIV) 
Penerbit           : DIVA Press
Tebal Buku      : 268 hal
 Bibir Tersenyum Hati Menangis karangan Muhammad Muhyidin, seorang lelaki kelahiran Wonosobo 37 tahun yang lalu. Beliau seorang yang telah berpengalaman, terlihat dari banyaknya buku yang telah beliau tulis.
Bibir Tersenyum Hati Menangis, melukiskan gejala umum kejiwaan, psikologi, dan nurani kita yang terbiasa untuk menipu diri sendiri. Tidak adanya kesesuaian antara hati dengan lisan atau dengan perbuatan, yang dalam agama islam disebut juga dengan munafik. Pembahasan buku ini, tentang kenapa kita sering menjadi pribadi yang munafik dan berkepribadian ganda.
Bibir tersenyum, hatipun menangis adalah gambaran dimana kita dipaksa bersikap ramah, sedangkan hati kita sulit untuk beramah-tamah. Kita dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang hati kita menolaknya. Dan kenapa kita dipaksa? Karena tekanan dan tuntutan hidup. Dan keinginan mengubah hidup yang lebih baik sering kali menjebak kita untuk terus menerus dalam perasaan dilema.
Menyajikan cara baru bagaimana kita memahami dan merasakan kehidupan. Menyadarkan bahwa faktor utama yang menjadi kendala kita dalam meraih sukses adalah diri kita sendiri, yang tidak membuka diri, tidak menguasai hidup, tidak menjadi diri sendiri, tidak adanya harapan, tidak adanya kesiapan menyikapi keadaan dan menghadapi kenyataan. Menyadarkan kita bahwa ujian, cobaan, dan kesulitan adalah semata-mata merupakan bentuk kasih sayang Allah pada kita. Tidakkah kita menyadari bahwa sebenarnya Tuhan itu menyayangi kita?
Buku ini termasuk best seller, terlihat dari cover dan cetakannya yang sudah mencapai cetakan ke-14 pada Desember 2011. Judul yang dipakai juga menarik. Suatu keadaan yang tidak kita sadari pasti ada pada diri kita. Menarik untuk orang-orang yang sedang galau atau gundah, untuk mereka lebih memahami keadaan yang sedang mereka alami. Bukan hanya memahami tapi juga bagaimana bisa keluar dari masalah hidup yang membelenggu selama ini, yang menjadi hambatan untuk menjadi seorang yang lebih berhasil dalam hidup. Menyertakan beberapa pendapat para fisuf-filsuf terkenal dan tokoh-tokoh islam beserta firman Allah dan hadis Rasulullah, lalu penulis membuat kesimpulannya sendiri yang tetap berpegang pada Al-Quran dan hadis. Berbeda dengan judul yang diambil, sampul depan buku ini terlihat tidak begitu menarik. Penggunaan bahasanya yang formal membuat terasa berat untuk dipahami dan tidak mudah untuk dicerna.